Sorrel
Rosela,[1] rosella, asam paya[2], asam kumbang dan asam susur atau Hisbiscus sabdariffa, adalah spesies bunga yang berasal dari benua Afrika.
Mulanya bunga yang juga cantik untuk dijadikan penghias halaman rumah
itu diseduh sebagai minuman hangat di musim dingin dan minuman dingin di
musim panas. Di negeri asalnya, Afrika, rosela dijadikan selai atau jeli. Itu diperoleh dari serat yang terkandung dalam kelopak rosela, sementara di Jamaika,
dibuat salad buah yang dimakan mentah. Ada kalanya juga dimakan dengan
kacang tumbuk atau direbus sebagai pengisi kue sesudah dimasak dengan
gula. Di Mesir, rosela diminum dingin pada musim panas dan diminum panas
saat musim dingin. Di Sudan, menjadi minuman keseharian dengan campuran
garam, merica, dan tetes tebu. Minuman itu juga menghilangkan efek
mabuk dan mencegah batuk. Tak jarang, rosela juga dimanfaatkan untuk
diet, penderita batuk, atau diabetes gunakan gula rendah kalori seperti gula jagung. Selain itu, bubuk biji bunga rosela juga dapat dijadikan campuran minuman kopi.
Khasiat
Khasiat rosela antara lain untuk menurunkan
asam urat,
Hipertensi,
Diabetes mellitus, memperbaiki metabolisme tubuh, melangsingkan Tubuh, menghambat sel
kanker, mencegah
sariawan dan panas dalam, menambah vitalitas, meredakan batuk, mencegah
flu,
antioksidan,
antihipertensi,
antikanker, antidepresi,
antibiotik, aprodisiak, diuretik (peluruh kencing), sedatif, tonik, dan menurunkan absorpsi alkohol.
Pemanfaatan kelopak bunga Rosela sudah dikenal dan diteliti baik oleh
pakar kesehatan modern maupun pakar kesehatan tradisional di berbagai
negara di dunia. Kelopak bunga tersebut diketahui mengandung zat-zat
penting yang diperlukan oleh tubuh, seperti
vitamin C,
vitamin A, protein esensial,
kalsium, dan 18 jenis
asam amino, termasuk
arginina dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh.
Secara tradisional, ekstrak kelopak rosela berkhasiat sebagai
antibiotik,
aprodisiak (meningkatkan gairah seksual), diuretik (melancarkan buang
air kecil), pelarut, sedativ (penenang), dan tonik. Sebuah penelitian
yang dilakukan ilmuwan Chung San Medical University di
Taiwan,
Chau-Jong Wang, konsumsi rosela digunakan sebagai salah satu cara baru
untuk mengurangi risiko penyakit jantung. Flora ini terbukti secara
klinis mampu mengurangi jumlah plak yang menempel pada dinding pembuluh
darah. Tidak hanya itu, rosela juga memiliki potensi untuk mengurangi
kadar kolesterol jahat yang disebut
LDL dan
lemak dalam tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa rosela juga bermanfaat terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi (tekanan darah tinggi), membantu program diet bagi penderita kegemukan (
obesitas),
melancarkan peredaran darah, menurunkan demam umum, melancarkan dahak
bagi batuk berdahak, dan dapat dimanfaatkan untuk melancarkan buang air
besar.
Ditinjau menurut sudut pandang medis modern (kedokteran), mengonsumsi
olahan kelopak bunga rosela secara teratur menunjukkan kesetaraan hasil
dengan pengobatan modern
Sebagai Terapi Hipertensi
Pemberian ekstrak kelopak rosela yang mengandung 9,6 miligram
anthocyanin setiap hari selama 4 minggu, mampu menurunkan tekanan darah yang hampir sama dengan pemberian
captopril 50 mg/hari. Rosela terstandar tersebut dibuat dari 10 gram kelopak kering dan 0,52 liter air (
Herrera-Arellano,
2004). Terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 11,2 % dan
tekanan diastolik sebesar 10,7% setelah diberi terapi teh rosela selama
12 hari pada 31 penderita
hipertensi sedang (Haji Faraji, 1999).
Asam Urat dan Kesehatan Ginjal
Tingginya kadar
asam urat,
kalsium dan
natrium dalam darah secara mekanisme normal tubuh akan dikurangi dengan membuang kelebihan unsur tersebut melalui
ginjal.
Jika kondisi demikian dibiarkan berlangsung lama akan memberatkan kerja
ginjal sebagai penyaring darah dalam tubuh. Kondisi ini dapat memicu
kesakitan pada ginjal. Dengan mengonsumsi rosela, ditemukan penurunan
kreatinin,
asam urat,
sitrat, tartrat,
kalsium,
natrium, dan
fosfat dalam urin pada 36 pria yang mengonsumsi jus rosela sebanyak 16-24 g/dl/hari (Kirdpon, 1994).
Khasiat Lebih jauh
Rosela diketahui memiliki kandungan senyawa fenolik yang berfungsi sebagai
antioksidan sebanyak 23,10 mg dalam setiap gram bobot kering kelopak rosela. Sejumlah
antioksidan
yang dikandung rosela tersebut memiliki aktivitas 4 kali lebih tinggi
dibanding bubuk kumis kucing. Penelitian yang dilakukan oleh Ir Didah
Nur Faridah MSi, periset Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut
Pertanian Bogor, menunjukkan bahwa kandungan
antioksidan
yang dimiliki oleh kelopak rosela terdiri atas senyawa gossipetin,
antosianin, dan glukosida hibiscin yang mampu memberikan perlindungan
terhadap berbagai penyakit degeneratif (akibat proses penuaan) seperti
jantung koroner, kanker, diabetes melitus, dan katarak.
Peneliti
Faculty of Agriculture, Kagoshima University,
De-Xing Hou menemukan adanya kandungan
delphinidin 3-sambubioside dan
cyanidin 3-sambubioside,
antosianin pada rosela yang ampuh mengatasi kanker darah alias
leukeimia. Cara kerjanya adalah dengan menghambat terjadinya kehilangan
membran mitokondrial dan pelepasan sitokrom dari mitokondria ke sitosol.
Jika molekul mengandung elektron seperti guanin DNA terserang,
kesalahan replikasi
DNA mudah terjadi. Kerusakan
DNA memicu oksidasi LDL,
kolesterol,
dan lipid yang berujung pada penyakit ganas seperti kanker dan jantung
koroner. Namun, antioksidan yang dikandung rosela meredam aksi radikal
bebas yang menyerang molekul tubuh yang mengandung elektron. Secara
singkat, adanya mekanisme tersebut menjelaskan bagaimana
antioksidan yang terdapat dalam kelopak rosela menghambat pertumbuhan sel kanker dan kejadian penyakit jantung koroner.
Selain hal-hal yang dikemukakan di atas, rosela juga terbukti dapat
menurunkan kadar trigliserida dan LDL-kolesterol dalam darah. Penelitian
terhadap efek kerabat bunga sepatu itu terhadap kegemukan juga
dilakukan oleh Sayago-Ayerdi SG dari
Department of Nutrition,
Universidad Complutense de Madrid, Spanyol. Menurut Sayago rosela
mengandung 33,9% serat larut yang membantu meluruhkan lemak. Kendati
demikian,kadar keasaman (pH) seduhan rosela mencapai 3,14 sehingga perlu
diwaspadai reaksi lambung untuk pengidap
maag, karena kemungkinan memiliki efek merugikan.